Login to Facebook
1. تَعَلَّمُوْاالْعِلْمَ ، فّإِنَّ تَعَلُّمُهُ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَتَعْلِيْمَهُ لِمَن ْ لاَ يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَإِنَّ الْعِلْمَ لَيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِى مَوْضِعِ الشَّرَفِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالْعِلْمُ زَيْنٌ لِأَهْلِهِ فِى الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ . (الربيع) “Tuntutlah ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.” (HR. Ar-Rabii’)2. يَا أَبَاذَرٍّ ، لَأَنْ تَغْدَوْا فَتُعَلِّمَ اَيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَّكَ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ ، وَلَأَنْ تَغْدُوْا فَتُعَلِّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ عُمِلَ بِهِ اَوْ لَمْ يُعْمَلْ ، خَيْرٌ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ . (ابن ماجة) “Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu dari pada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada shalat seribu rakaat.” (HR. Ibn Majah) 3. تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ وَتَعَلَّمُوْا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةَ وِالْوَقَارَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ . (الطبرانى) “Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. Al-Thabrani)4. لاَ تَعَلَّمَوْ ا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوْا بِهِ الْعُلَمَاءَ ، وَلاَ لِتُمَارُوْا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَجْتَرِثُوْابِهِ فِى الْمَجَالِسِ اَوْ لِتَصْرِفُوْا وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْكُمْ ، فَمَنْ فَعَلَ ذَالِكَ فَالنَّارَ فَالنَّارَ . (الترمذى وابن ماجة) “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam mejelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka…neraka. (HR. Al-Tirmidzi dan Ibn Majah) 5. مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا ، سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طِرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ . (أبو داود) “Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surge.” (HR. Muslim) 6. مُجَالَسَةُ الْعُلَمَاءِ عِبَادَةٌ . (الديلمى ) “Duduk bersama para Ulama adalah ibadah.” (HR. Al-Dailami) 7. إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا ، قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللَّهِ ، وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : مَجَالِسُ الْعِلْمِ . (الطبرانى) “Apabila kamu melewati taman-taman surge, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi SAW menjawab,”majelis-majelis ta’lim.” (HR. Al-Thabrani) 8. مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلْجَمًا بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ . (أبو داود) “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan dating pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.” (HR. Abu Dawud) 9. اَلْعَالِمُ إِذَا أَرَادَ بِعِلْمِهِ وَجْهَ اللَّهِ تَعَالَى هَابَهُ كَلُّ شَيْئٍ ، وَاِذَا اَرَادَ أَنْ يَكْنِزَ بِهِ الْكُنُوْزَ هَابَ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ . (الديلمى) “Seorang alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhoan Allah maka ia akan ditakuti oleh segalanya, dan jika dia bermaksud untuk menumpuk harta maka dia akan takut dari segala sesuatu.” (HR. Al-Dailami)
الحمد لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين ؛ نبينا محمد وعلى آله وصحبه ؛ ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين . وبعد
Photobucket

Menangis


“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Alloh, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang yang Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dan menangis.' (QS Maryam: 58)

Menangis, sebuah aktifitas yang pertama kali kita lakukan ketika kita dilahirkan --seiring dengan berpindahnya kita dari alam kandungan ke alam dunia. Kita sudah tidak ingat lagi 'peristiwa penting' itu. Sejak kecil tak terhitung sudah berapa kali kita manangis. Menangis merupakan ungkapan kesedihan dan bisa pula sebaliknya, merupakan ungkapan kebahagiaan.

Menangis adalah naluri, fitrah manusia yang sekaligus nikmat dari Alloh SWT. Ada orang yang gampang sekali menangis. Perasaannya sangat sensitif dengan keadaan sekitarnya. Menangis ketika harus berpisah dengan orang yang dicintai, menangis ketika mendengar cerita atau berita yang menyedihkan, menaggis tatkala melihat kesengsaraan hidup orang lain. Sebaliknya, Ada orang yang air matanya susah keluar dari kelopak matanya. Kalaupun harus bersedih karena ditinggal seorang yang ia cintai, tapi ia tidak sampai menangis. Bukan karena tidak merasa kehilangan, tetapi karena ia memang susah menangis. Hatinya tidak sepeka golongan sebelumnya. Adapula yang tidak bisa menangis karena memang hatinya keras membaja walaupun ditimpa musibah apapun.

Ketika persiapan perang Tabuk tengah digelar, ada tangisan istimewa yang tidak lazim dari kebiasaan manusia pada umumnya. Perang menghadapi tentara kuat Romawi yang berlangsung saat musim panas ini memaksa setiap sahabat yang ikut untuk memiliki kendaraan masing-masing. Sebab, jarak yang begitu jauh, untuk berjalan kaki rasanya tak mungkin. Di antara kaum miskin yang tak punya tunggangan itulah muncul tangisan sesal. Segolongan sahabat Rasul (menurut riwayat lain 7 golongan) pimpinan Abdullah Al-muzani terpaksa kembali karena Rasulullah menyatakan tidak berhasil membantu memberi mereka tunggangan. Alloh telah mengabadikan tangisan istimewa itu dalam firmannya di Surah at-Taubah: 92:

'Dan tidak ada dosa atas orang-orang yang datang kepadamu supaya kamu beri kendaraan lalu kamu berkata, 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawa kamu.' Mereka kembali sedang mata mereka melelehkan air mata karena kesedihan, karena mereka tidak memperoleh apa yang mereka nafkahkan.' (QS at-Taubah: 92) (riwayat selengkapnya silahkan merujuk pada Tafsir Ibnu Katsir II/402).

Tangis mereka ini tentu bukan sembarang tangis. Ini tangisan langka. Di tengah banyaknya orang minta izin tidak ikut berperang dengan berbagai alasan (QS At-taubah: 81), justru mereka bersedih karena tidak bisa bergabung dengan pasukan Islam. Di saat banyak orang takut mati (QS. Ali Imran: 167-168), mereka malah menyesal kehilangan kesempatan untuk mati. Bagi mereka, perang memang bukan momok yang menyeramkan, justru inilah cita-cita tertinggi mereka, syahid di jalan-Nya.

Tangisan iman tidak sama dengan tangisan cengeng. Tangis iman itu terjadi ketika seorang hamba sangat merindukan pertemuan dengan Alloh SWT, tangisan pada saat kehilangan kesempatan menjalankan perintah agama. Sedangkan tangisan cengeng terjadi ketika seseorang kehilangan harta yang dicintainya. Alloh amat menyukai jenis tangisan yang pertama dan tidak terhadap yang kedua.

Selain tangis karena rindu, ada juga tangis karena khusyu'nya hati dalam dzikir kepada Alloh. Tangis seperti ini banyak dibahas dalam al-Qur'an maupun sunnah. Tangisan ini tentu saja tidak bisa direkayasa, karena lahir dari pikiran yang bersih dan hati yang bening. Kedudukannya sama dengan tangis iman di atas. Ketika menjelaskan orang-orang yang mendapatkan kenikmatan besar dan menjadi orang-orang yang terpilih, Alloh menyebut mereka sebagai orang yang senantiasa bersujud dan menangis.

Alloh berfirman, 'Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Alloh, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang yang Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dan menangis.' (QS Maryam: 58).

'Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.'' (QS al-Israa: 109)

Ada pula tangis bahagia. Tangis jenis ini lahir di saat suasana bahagia yang diselimuti rasa haru, ketika berjumpa dengan orang-orang tercinta, berkumpul bersama keluarga dalam suasana hari raya, ketika mendapatkan nikmat besar, kemenangan dalam suatu perjuangan (baca: pertandingan), dan lain sebagainya.

Ada juga tangis ikut-ikutan, milik orang yang hanya bisa menangis ketika orang-orang di sekelilingnya menangis. Ia tidak bisa menangis ketika sendirian, melainkan ia bisa menangis kalau bersamaan dengan suatu jamaah, di dalam sholat, istighatsah, muhasabah, mendengarkan bersama tilawah, dsb. Terkadang ia tidak tahu maksud dan arti bacaan sang imam, ia hanya terharu mendengar 'nada tinggi' sang imam dan tangisan jamaah yang lain. Pada dasarnya ia menangisi (baca: menangis karena) tetangganya.

Yang terakhir, ada tangisan palsu. Ia mencucurkan air matanya bukan karena Alloh melainkan karena manusia, agar mereka menyangka bahwa ia adalah orang yang khusyu' dalam sholat, tilawah dan do'anya, orang yang mudah tergugah dengan ayat-ayat-Nya. Sungguh rugi orang yang demikian, menyangka tangisannya berbuah surga, malah sebaliknya mendapatkan murka. Para ustadz, huffadz, qari', imam sholat dan pemimpin muhasabah adalah kelompok yang paling rawan dihinggapi penyakit ini jika tidak berhati-hati.

Setiap malam Jum'at kita sering menyaksikan diri dan sahabat-sahabat sekeliling kita menangis ketika dilangsungkan tadabbur ayat, muhasabah atau qiyamul-lail. Hampir semua yang hadir menangis baik dengan hanya sedikit mengeluarkan air mata, tersedu-sedu hingga isakan yang teramat keras. Maka, sebuah pertanyaan penting yang harus kita jawab dengan jujur, termasuk jenis yang manakah tangisan kita itu? Wallohu a'lam.


Penilaian

nuryati yati: yati_yati17@yahoo.com
Assalamu'alaikum, menangis adalah suatu kenikmatan yang sangat2 berharga yang diberikan Alloh kepada umatnya, karena dengan menangis kita bisa menumpahkan segala gejolak hati baik itu duka maupun suka akan kejadian yang kita alami di dalam hidup, namun jangan sampai dengan menangis akan membuat kita makin jauh kepada sang Maha Kuasa dan membuat kita makin tidak mensykuri akan nikmat yang diberikan tapi justru makin kita sadar akan kebesaran-Nya yang tetap kita diberinya cobaan baik itu manis ataupun cobaan pahit,semoga kita masih tetap bisa menangis untuk tetap dekat kepada Alloh SWT.amin.wassalam!!!





sumber : alhikmah.com [9.07.2004]


0 komentar:

Posting Komentar

(SCRIPT CODE TWO) :
Template by : Dedi Zainullah nasyid-al-ikhwan.blogspot.com